Friday 30 September 2011

Parit Kecil Penuh Duri


Kamar – 26 September 2011
          Masing-masing individu pasti mempunyai prinsip-prinsip yg dianut dalam menjalani sebuah kehidupan. Sebuah prinsip, yg tentunya terbentuk melalui kenyamanan dari setiap pribadi yg menjalankannya. Terkadang hal tersebut nampak tidak lumrah bagi khalayak ramai. Akan tetapi sudah barang tentu, jika orang-orang tersebut memiliki argumentasi yg menurut mereka benar, sehingga memilih untuk menerapkannya dalam setiap sisi dalam kehidupan mereka masing-masing... 

            Begitu juga dengan diri saya. Dimata banyak orang, mungkin saya adalah sebuah pribadi yg terkesan aneh, menjengkelkan, memuakkan dan menentang arus. Sebagian orang bahkan menilai saya dengan sebuah kata yg sedikit keras atau bahkan kasar, yaitu "AROGAN DAN BANYAK TINGKAH ". Dan apakah saya peduli dengan itu semua..?? ehmmm sejujurnya, sama sekali "TIDAK"..

            "Setiap orang berhak untuk menilai diri saya, apapun itu. Akan tetapi maaf, mereka tidak berhak untuk mengatur jalan hidup saya". Dan ketika ada orang-orang yg mencoba untuk mengatur diri saya, dengan mempengaruhi saya agar melakukan hal-hal sesuai keinginan mereka, maka saya akan mengangkat jari tengah saya tinggi-tinggi ke udara dan berteriak "F**K YOU".

            Dalam salah satu tweet saya di akun twitter @_roni20 , saya pernah berujar :
"Abdul Roni Rizky adalah Abdul Roni Rizky. Sebuah pribadi, yang mungkin hanya akan di mengerti oleh Abdul Roni Rizky dan dirinya sendiri"

                Tidak dapat dipungkiri lagi, ketika kenaikan level dari kelas 10 ke kelas 11, memberikan efek yang luar biasa bagi diri saya. Ini artinya saya sudah tidak menjadi junior lagi dan terbebas dari belenggu dan ketakutan ketika berhadapan dengan kelas 12 yg sudah lulus. Memang pada saat itu kesalahan saya lah yang telah menghina mereka, saya sungguh menyesal. “Untuk kakak-kakak senior saya di SMA 6 Palembang , maafkan saya jika telah membuat hati atau perasaan anda tersinggung. Perbuatan saya memang telah melampaui batas, saya memang pengecut. Maafkanlah kesalahan saya yang telah saya perbuat”.

            Ajang kenaikan kelas ini mungkin akan menjadi hal yang bagus dan menarik, mudah-mudahan saya bisa membersihkan nama yang sudah terlanjur sangat kotor, dan memang seharusnya yang demikian itu harus dilakukan. Akan tetapi bagi saya pribadi, hal-hal tersebut tidak lebih dari sebuah"Parit kecil penuh duri", yg mau tidak mau harus saya lompati dengan penuh kehati-hatian..

            Mengapa saya katakan hal diatas sebagai "Parit kecil penuh duri". Karena, jika saya tidak berhati-hati dalam menghadapinya, maka hal tersebut dapat membuat saya jatuh dan terjerembab. Dan ketika hal tersebut terjadi, maka akan sangat sulit bagi saya untuk kembali berdiri tegap, tanpa ada luka-luka di sekujur tubuh saya...

            Sebagai seorang pribadi dan juga seorang pelajar yang sibuk membantu keluarga, maka saya di tuntut untuk mampu membagi waktu sebaik-baiknya untuk kedua hal yg sama-sama sangat penting dalam kehidupan saya, yaitu sekolah dan keluarga. Dan percayalah, jika sejujurnya hal tersebut membutuhkan energy yg tidak sedikit. Dapat dibayangkan, jika saya harus membagi lagi dengan kegiatan-kegiatan di luar dua hal yg tersebut di atas. Maka saya takut, jika kegiatan-kegiatan tersebut akan menggangu waktu dan konsentrasi saya kepada sekolah dan juga keluarga serta kisah percintaan saya..

            Sejujurnya saya memang tidak anti terhadap kegiatan-kegiatan di luar tersebut. Akan tetapi sebagai pribadi, saya hanya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memilah-milah mana yg sekiranya sesuai dan mana yg tidak. Serta mana yg sekiranya pantas saya lakukan dan mana yg kurang pantas untuk saya lakukan..  “SAYA INGIN SUKSES”
            Ketika kita berbicara mengenai sebuah kesuksesan, maka mau tidak mau kita juga harus membawa serta sebuah popularitas dan profesionalisme. Karena ketika seseorang mencapai sebuah kesuksesan, maka dengan sendirinya popularitas akan berjalan tepat di belakang orang tersebut dan harus dijalankan dengan professional. Walaupun sejujurnya, tidak dapat dipungkiri jika sebuah popularitas dan profesionalisme memang penting dalam sebuah kehidupan. Akan tetapi pada kenyataannya, popularitas dan profesionalisme tidak selamanya berefek baik bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita...

            "Tidak ada hal yg lebih sulit dari menjaga keseimbangan antara popularitas, profesionalisme dan kenyamanan hidup" 

            Secara tersirat, popularitas akan membuat hidup kita menjadi jauh lebih mudah. Popularitas akan membuat kita dapat membuka link-link baru dalam setiap sendi kehidupan sosial kita. Beberapa teman baru dari berbagai macam kalangan, beberapa kesempatan baru dari berbagai macam bidang, serta beberapa tantangan baru dari hal-hal yg mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Akan tetapi hal tersebut, dengan sendirinya juga akan diikuti oleh beberapa ancaman baru dari berbagai penjuru, yg juga tidak pernah terlintas dalam benak kita...

            Mengembangkan potensi diri dalam beberapa hal yg baru, tentu bukan menjadi sebuah hal yg tabu atau haram, malah menurut saya hal tersebut sangat pentas untuk dicoba. Akan tetapi sebagai manusia tentu kita memiliki sebuah hati, yg berfungsi sebagai alat kontrol diri dalam mengukur hal-hal yg berkenaan dengan nilai-nilai sebuah kepantasan. Sehingga kita mampu untuk memilah-milah, hal apa saja yg sekiranya sesuai dengan kemampuan serta karakter yg ada pada diri kita sebagai manusia...

            Dengan mencoba hal-hal yg baru tersebut, maka dengan sendirinya kita akan di hadapkan pada sebuah prinsip yg sangat penting serta mendasar. Yaitu profesionalisme dalam menjalani sebuah kegiatan dan pekerjaan, yg telah membawa kita hingga mampu berdiri di titik dimana kita berdiri saat ini. Karena menurut pandangan saya pribadi, banyak orang yg lupa terhadap pekerjaan utama mereka, ketika orang-orang tersebut terbuai dengan kenikmatan dalam menjalani sebuah kegiatan dan pekerjaan baru, efek dari sebuah popularitas. Padahal sejatinya, hal-hal tersebut dapat mereka raih karena keberhasilan mereka dalam menjalani kegiatan dan pekerjaan awal mereka tadi. Dan sudah barang tentu, hal tersebut patut untuk disayangkan..

                Tanpa kita sadari, profesionalisme kita dalam menjalankan karir dan kegiatan yg di iringi oleh sebuah popularitas, mau tidak mau dengan sendirinya akan mengurangi kenyamanan kita dalam menjalani sebuah kehidupan. Hal tersebut adalah sebuah mata rantai, yg menurut saya tidak akan pernah dapat di pisahkan. Sebuah konsekuensi yg harus di tempuh sebagai sebuah pribadi, yg tidak hanya menjadi milik diri sendiri dan keluarga, akan tetapi juga menjadi milik dari masyarakat banyak dengan segala suka maupun dukanya..
            Kesuksesan, popularitas dan disukai banyak orang tidak selamanya berefek baik bagi kehidupan kita. Akan tetapi sekali lagi, kita mempunyai sebuah hati yg dapat digunakan untuk mengontrol itu semua. Sehingga mampu seiring dan sejalan serta selaras dengan hakekat kita dalam menjalani sebuah kehidupan..

            Kita harus sadar, bahwa kebahagiaan yg sesungguhnya adalah kebahagiaan yg berada di sekitar diri kita, yaitu keluarga. Orang-orang yg kita cintai dan mencintai kita dengan setulus hati. Karena seiring berjalannya waktu, karir kita pada masanya nanti pasti akan surut. Lambat laun kita juga harus menerima kenyataan, jika sebuah popularitas pada saatnya nanti juga akan memudar. Akan tetapi, teori-teori tersebut tidak akan pernah berlaku pada kasih sayang orang-orang di sekitar kita (Keluarga). Karena mereka, akan menerima diri kita secara utuh dalam apapun keadaannya...

            Muhammad Azhar, Anita dan Muhammad Adillah Roihan akan selalu dapat menerima saya seutuhnya, dalam apapun keadaan saya. Begitu juga sebaliknya, saya akan mencintai mereka seutuhnya dalam apapun keadaan saya. Dan belum tentu orang baru yang hadir dalam kehidupan saya (pacar) dapat menerima saya seutuhnya. Oleh karena itu, saya akan selalu memposisikan keluarga diatas kegiatan dan pekerjaan saya.

            "Kita tidak akan pernah mampu membahagiakan semua orang. Akan tetapi setidaknya, kita dapat memilih orang-orang mana yg pantas untuk diberi kebahagiaan"
Selesai...


Quote dan tulisan Bambang Pamungkas ada yang saya masukkan di dalam postingan ini

Thursday 29 September 2011

Pertemuan Pertama dengan Saraswati Widyasari

 Di semester kedua kelas X SMA, gue jatuh hati dan terpesona. Gue terpesona dengan wanita, bukan cowok. Nama orang yang sial tersebut adalah Saraswati Widyasari. Di sekolah, kelas kami bertetangga dan setiap hari dia selalu lewat depan kelas gue dan sial gue selalu ngeliat dia (gue duduk di pinggir dekat jendela). Karena gue orang cupu dan udik serta jelek, gue ga berani buat ngajak dia kenalan. Boro-boro kenalan, natap dia langsung aja ga berani. Saraswati yang biasa dipanggil yayas termasuk wanita yang pupoler di angkatan kami, terutama oleh kaum lelaki. Kalo gue nanya sama temen yang beda kelas tau gak siapa yayas pasti jawabannya “Oh, anak kelas X.B yang cantik itu ya ? iya, gue tau”.
Selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, gue cuma bias ngeliatin yayas dari jendela kelas karena dia selalu lewat setiap istirahat, sampe gue sadar, kalau terus kayak gini, gue gak bakal bisa maju, cerita cinta gue di SMA bakalan sama kayak di SMP: jatuh cinta yang berakhir diam-diam. Gue pun langsung memikirkan segala cara buat mengajak Yayas kenalan, syukur-syukur bisa minta nomor hape. Tapi pada saat itu, itu Cuma khayalan belaka. Gue sadar kalo rakyat jelata gak mungkin bisa dapetin tuan putrid, kalau pun bisa itu hanya dalam cerita dongeng.
Masalah pertama yg muncul adalah : cak mano caronyo ngajak Yayas ngbrol dan kenalan? Kalo secara langsung sama kayak bunuh diri: gue bias pingsan dan pipis di celana kalo ngomong sama tuan Putri, dan itu bias buat dia jadi ilfil. Untungnya tahun 2010 adalah era internet. Jejaring social seperti Facebook, twitter dan ehem… Friendster cukup menjamur. Pada saat itu, gue lagi getol-getolnya nge tweet, eh gak sengaja nemu akun twitter si Yayas, tanpa pikir panjang langsung gue follow. Masalah berikutnya adalah bagaimana caranya minta dia follback gue.. setelah bercucuran keringat akhirnya gue mention ke dia  “hey @Saraswdysr , folback ya J” .. walaupun Cuma 4 kata + 1 emot, inilah kisah panjang perjalan gue buat deketin yayas, syukur-syukur bisa dapetin dia.

:)
Saat itu, gue ga berani ngeliat mention yang masuk, gue takut malah ntar dibales kayak gini : lo siapa ?. setelah berjam-jam akhinya gue buka mention gue yang masuk, cukup mengejutkan terdapat ReTweet kayak gini : @Saraswdysr followed ron RT @Ssaronian hey @Saraswdysr, folback ya J . Gue seneng bukan kepalang, ternyata dia tau nama gue. Tapi saat itu gue mencoba untuk jaim B-) agar gak terlalu keliatan kalo gue nge fans banget sama dia.
Hari-hari berikutnya berlangsung seperti biasa, intensitas gue mentionan sama Yayas terbilang cukup sering. Gue ngerasa nyambung dan nyaman kalo lagi mentionan sama dia, dalam hati gue terpikir, apakah ini cinta yang sebenarnya buat gue? Gue jadi sua ngatain dia, dan dia ngatain balik. Membahas suatu hal yg penting sampai tidak penting. Dari situ gue bias simpulkan dan kesimpulan gue ini sangat tepat, Yayas itu orangnya baik, asyik, ga sombong, suka bergaul dan tentu saja masih polos. Walaupun kami sering mentionan di dunia maya, tapi kami tidak pernah berteguran atau saling menyapa di dunia nyata. Gue gak punya cukup keberanian buat ngelakuin hal itu. Dan satu hal lagi, gue minder. Dia begitu mempesona dan gue begitu memalukan dan suka malu-maluin.
Samapi akhirnya gue memberanikan untuk minta nomor telponnya, tentu saja lewat Direct Message twitter, lagi-lagi Twitter menyelamatkan gue. Gue ge tweet “@Saraswdysr cek DM ya ndut ;)” laldu dijawabnya “oke” .. tanpa ba-bi-bu lagi gue langusng nge DM dia “boleh minta nomor hape gak ?” dibalesnya “gue lupa :O” gue langsung bales “ayolah, kasih tau ane nomor hapemu ;)” dan 5 menit kemudian dibalesnya “oke, tapi jangan kasih tau orang lain ya, nih 0898*******”. Gue merasa mau pingsan.

:)

Waktu pun berlalu, gak terasa 3 hari lagi Ujian semester 2 untuk kenaikan kelas. Saat itu gue sering sms-an sama dia. Saat ulangan nanti, ruangan kelas gue terpisah sama temen-temen yang pinter dan tergabung dengan anak-anak kelas X2. Tapi, beruntung gue bisa sekelas dengan Yayas, gue baru tau kalo jarak antara tempat duduk dia nanti dan tempat duduk gue itu lumayan deket, gue senang bukan kepalang.
Saat ulangan,kalo pikiran gue lagi kosong dan gak tau buat jawab apa, gue selalu liatin Yayas dari belakang. Setiap ngeliatin ida gak tau kenapa pintu pikiran gue terbuka, gue langsung bisa ngejawab soal. Mukjizat kali ya ?
Akan gue selalu inget, percakapan pertama gue sama Yayas adalah ketika dia bertanya jawaban. Dia bertanya nomor 35 jawabannya apa ? langsung gue liat jawaban gue dan dengan segera memberitahunya kalo jawaban soal nomor 35 itu adalah C.
Walaupun Cuma kayak gitu, tapi ini sungguh bearti buat gue. Gak kebayang bisa mengobrol dan berbicara langsung dengan orang yang kita sayangi secara diam-diam. Mungkin ini akan menjadi kemajuan dalam kisah percintaan gue, semoga :)