Wednesday 22 June 2011

Ronny Paslah dan Ronny Pattinasarany

Assalamualaikum wr wb
kembali lagi bersama saya Roni. kali ini saya akan memberikan profil 2 pemain sepakbola legendaris Indonesia yaitu Ronny Pasla dan Ronny Pattinasarani. ya, saya baru tau kalo ada 2 pemain legendaris timnas yang namanya mirip dengan nama saya :) berikut adalah profil kedua pemain tersebut :

Ronny Pasla

Ronny Pasla (lahir di Medan15 April 1947 ; umur 64 tahun) adalah mantan kiper INDONESIA yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Ejaan namanya sering juga ditulis sebagai Ronny Paslah.
Ayahnya bernama Felix Pasla dan ibunya bernama Magdalena Sorongan. Ronny mempunyai seorang istri yang bernama Enny K Pasla dan menghasilkan 6 orang anak. Walaupun Roni adalah kiper legendaris timnas Indonesia, tidak seorang pun dari anaknya yang menjadi pesepakbola. Anaknya menjadi atlet tenis lapangan.

Karier Sepak Bola

  • Dinamo, Medan
  • Bintang Utara, Medan
  • PSMS Medan
  • Persija Jakarta
  • Indonesia Muda, Jakarta

Prestasi Tim Nasional Indonesia

  • Timnas Indonesia, Juara Piala Agakhan di Bangladesh, 1967
  • Timnas Indonesia, Juara Merdeka Games, 1967
  • Timnas Indonesia, Peringkat III Saigon Cup, 1970
  • Timnas Indonesia, Juara Pesta Sukan Singapura, 1972

Prestasi di Klub

  • PSMS Medan, Juara Piala Suratin, 1967
  • PSMS Medan, Juara Nasional, 1967

Prestasi di Luar Sepak Bola

  • Juara Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967

Penghargaan

  • Warga Utama Kota Medan, 1967
  • Piagam dan Medal Emas dari PSSI, 1968
  • Atlet Terbaik Nasional, 1972
  • Penjaga Gawang Terbaik Nasional, 1974

Fakta

  • Bersama dua rekannya, Andjas Asmara dan Ipong Silalahi, Ronny Pasla sedang menggarap pembentukan tim sepak bola impian yang terdiri atas para pemain amatir. Proyek prestisius itu berbentuk reality show pencarian bakat sepak bola bertajuk My Team (Juni 2007)
  • Di kancah sepak bola, Ronny menjadi salah satu kiper legendaris Indonesia. Namun, setelah pensiun dia lebih banyak bergelut di olahraga lain, yakni sebagai pelatih tenis lapangan. Pria kelahiran Medan itu bahkan memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
  • Dengan tinggi badan 183 cm, Ronny ketika masih aktif bermain sangat unggul dalam antisipasi bola-bola atas. Tidak heran, posisi pemain inti di Timnas tak tergantikan sejak 1966 hingga pensiun dari Timnas.
  • Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny Persiun di usia 38 tahun.
  • Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil yang saat itu diperkuat pesepak bola legendaris dunia asal Brazil, Pele singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.

Ronny Pattinasarani

Ronald Hermanus Pattinasarany atau lebih dikenal dengan nama Ronny Pattinasarany (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949 – meninggal di Jakarta, 19 September 2008 pada umur 59 tahun) adalah pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris INDONESIA.
Ronny meninggal dunia pada Jumat19 September 2008, pukul 13:30 WIB, dalam usia 59 tahun, akibat Kanker hati yang dideritanya sejak Desember 2007. Ronny pergi meninggalkan seorang istri, Stella Pattinasarany, dan 3 anak: Benny, Yerry, dan Cita yang mendampinginya sampai saat-saat terakhir diRumah SAkit Omni Medical Center, Pulo Mas, Jakarta Timur.

Karier

Era 1970-an hingga 1980-an, saat sepak bola Indonesia menjadi salah satu raksasa di Asia, Ronny Pattinasary menjadi salah satu yang ikut melambungkan nama Tim Merah Putih. Pria berdarah Ambon yang lahir di Makassar itu dikenal sebagai sosok pemain papan atas.
Penghargaan yang diperolehnya seperti Pemain All Star Asia tahun 1982, Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981, Pemain Terbaik Galatama tahun 1979 dan 1980, dan meraih Medali Perak SEA Games 1979 dan 1981.
Perjalanan kariernya sebagai pemain bola dimulai bersama PSM Junior pada tahun 1966. Dua tahun kemudian berhasil menembus level senior tim PSM Makassar. Dari Makassar, Ronny hengkang ke klub Galatama, Warna Agung, yang dibelanya dari tahun 1978 hingga 1982. Di sinilah kariernya mulai menanjak sehingga dia pun terpilih masuk dan menjadi kapten timnas. Tahun 1982, Ronny hengkang ke klub Tunas Inti. Hanya setahun di sana, dia pun memutuskan untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih.

Pelatih

Ada beberapa klub yang pernah merasakan sentuhan tangannya, yakni Persiba Balikpapan,Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar utama,Persitara Jakarta Utara dan Persija Jakarta. Namun prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Ronny adalah ketika menangani Petrokimia Putra saat sukses mempersembahkan beberapa trofi bagi klub tersebut yang saat ini sudah bubar dan melebur dalam Gresik United (GU). Ronny membawa Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda Cup.

Saturday 11 June 2011

Kenapa TENDANGAN BEBAS dapat berbelok ?

.: Penjelasan Mengenai Tendangan Bebas :.
 
 
 
 
 
 
 
Rahasia dibalik tendangan bebas terbaik sepanjang sejarah sepakbola oleh pemain Brazil Roberto Carlos, berhasil terungkap.
Tendangan bebas terbaik Roberto Carlos bukanlah sebuah kebetulan, menurut para ilmuwan.

Salah satu gol paling menakjubkan dalam dunia sepak bola internasional bukanlah sebuah kebetulan, menurut klaim para ahli fisika setelah mempelajari sains tendangan bebas yang rasanya tak mungkin.


Roberto Carlos
(Brasil) melakukan tendangan dari jarak 35 m ke arah gawang Perancis pada tahun 1997 yang nampaknya mengarah ke sudut lapangan tapi membelok seperti pisang ke dalam jaring gawang.

Pembekokannya sangat jelas sampai-sampai penjaga gawang Perancis
Fabien Barthez tidak bergerak untuk menjaga gawangnya dari bola karena dalam pikirannya bola itu akan keluar.

Seorang pemain yang berada pada jarak 9 m dari gawang juga menghindar karena pikirnya bola itu akan mengenainya hingga secara mengejutkan bola itu akhirnya mengayun ke kiri dan mendarat di belakang jaring gawang.


Tendangan bebas
Carlos di Tournai de France ditulis oleh banyak orang sebagai kesempatan yang sangat mujur yang menahan Perancis imbang. Satu teori menyatakan pastilah bola itu dibantu oleh tiupan angin.



Akan tetapi sekarang para ilmuwan menerapkan hukum fisika untuk membereskan masalah itu.


Mereka mengkomputasi lintasan bola itu dan menunjukkan bahwa gol
Carlos bukanlah kebetulan.

Dengan menggunakan bola-bola plastik kecil dan sebuah katapel, tim peneliti Perancis dari École Polytechnique di Palaiseau dekat Paris mengubah kecepatan dan perputaran bola-bola melewati air untuk mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda.


Walaupun penelitian mereka langsung mengkonfirmasi
efek Magnus yang sudah lama diketahui, yang membuat bola yang berputar memiliki lintasan kurva, penelitian mereka mengungkap wawasan segar tentang bola-bola berputar yang ditembakkan dari jarak yang sama dengan tendangan bebas Carlos.

Pergesekan yang didesakkan pada suatu bola oleh atmosfir sekelilingnya cukup memperlambat bola itu sehingga putarannyalah yang memegang peranan yang lebih besar untuk mengarahkan lintasan bola, dengan demikian memperkenankan perubahan arah di saat terakhir yang dalam kasus tendangan bebas
Carlos membuat Barthez kehilangan pertahanan.

Para peneliti menyebut penemuan mereka sebagai "spiral bola yang berputar", membandingkan efek spiral tendangan Carlos dengan jarak yang lebih dekat (24 m) tendangan bebas "sirkuler" seperti yang dilakukan
David Beckham dan Michael Platini.

Seperti yang dikatakan oleh Christophe Clanet dan David Quéré yang merupakan peneliti dari École Polytechnique: "
Ketika tendangan berasal dari jarak yang cukup jauh dan dengan tenaga yang cukup untuk mempertahankan kecepatan yang cukup saat mendekati gawang, bola itu bisa memiliki lintasan yang tak terduga."

"Tendangan
Carlos dimulai dengan lintasan sirkuler klasik tapi tiba-tiba membengkok dengan cara yang spektakuler dan mengarah kembali ke gawang walaupun sebelumnya keluar dari target."

"Orang-orang sering kali memperhatikan bahwa tendangan bebas
Carlos ditendang dari jarak yang cukup jauh, kami menunjukkan dalam laporan kami bahwa ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah lintasan spiral," katanya.

Penelitian ini dipublikasikan di
the New Journal of Physics.


videonya gan